Genre : Cerita Pendek
Tema : Aku, FLP dan Dakwah Kepenulisan
Karya : Yeppo
Tema : Aku, FLP dan Dakwah Kepenulisan
Karya : Yeppo
IZINKAN AKU UNTUK MENULISKAN SEBUAH
KATA
“Farra !! tunggu !!” sapa orang dibelakangku dan ternyata
itu adalah Nayla sahabatku.
“Yap Nay belum pulang?” jawabku diiringi dengan senyuman
“Sore ini ada kumpulan anak-anak Literat, ikut yuk?”
“Mwo !!, jeongmal? (dibaca : apa!! benarkah?) aku anak
science mana mungkin aku diizinkan untuk ikut?”
“Hei apa kau bodoh? Tak akan ada yang mengenalimu Farra
sayang” dia setengah berbisik di telingaku “ingat, ini adalah kesempatan
untukmu belajar sastra, bukankah kau senang menulis?” senyum liciknya
mengembang
Berfikir sejenak, menerawang dan “Yap aku memang ingin
menjadi penulis, baik aku akan ikut” senyumku melebar dan kami pun berjabat
tangan. Ada sesuatu yang kurasakan, rasa takut dan ragu namun kuyakinkan agar
aku ikut perkumpulan anak-anak sastra itu. Mungkin dengan mengikutinya aku akan
ada tambahan ilmu kesastraan.
Aku Farra, FARRA RAHMAWATI, mahasiswi salahsatu Perguruan
Tinggi Negeri di Bandung. Hobiku memang menulis namun entahlah mengapa aku
memilih kelas Science tepatnya Fisika sebagai studiku. Aneh memang.
Keseharianku normal, seperti biasanya aku berangkat kuliah pagi hingga siang
hari. Aku duduk di semester awal. Masa transisi di awal kuliah adalah masa-masa
sulit, dimana aku melepas masa SMA-ku dan mulai meraih masa-masa baru. Aku dan Nayla adalah sahabat dekat, sebenarnya
kami berasal dari Cianjur, hobi kami memang sama yaitu dibidang tulis menulis
namun dia duduk di kelas Sastra Inggris, sangat berbeda denganku. Di sore itu
aku memutuskan untuk mengikuti perkumpulan anak-anak Literat, disana adalah
perkumpulan anak-anak sastra baik itu sastra Indonesia, Inggris, Jerman maupun
Jepang. Tentunya ada semua mahasiswa dan mahasiswi semua semester disana. Ragu
memang, ada rasa khawatir takut ketahuan tapi tenang saja kan ada Nayla, dia
sahabat yang akan membelaku, menemaniku dan menjagaku, hehe.
“Ayolah Farra, cepetan dikit napa, udah jam 4 nih ayo .
.” ucap Nayla sembari menarik pergelangan tanganku
“Tunggu Nay sakit tauk! Sudahlah itu hanya sebuah
perkumpulan bukan? Terlambat adalah hal yang wajar”
“Aduh, aku gak mau telat pokoknya ayo cepetan!” kali ini
Nayla benar-benar serius, raut mukanya berbeda. Segera aku mempercepat langkah
kakiku
Akhirnya kami sampai pada perkumpulan ini, memang benar
ini adalah perkumpulan anak-anak yang handal dalam berkarya sastra. Tempatnya
hanya di sebuah taman, namun taman disini memang nyaman, kami duduk-duduk
dibawah pohon rindang. Aku mendapatkan pengalaman baru disini. Ada yang beradu
bakat dalam acting drama, musikalisasi puisi, sampai ada yang belajar ber-orasi.
Wow aku sangat takjub, materi yang disajikan begitu menarik dan interaktif.
Benar apa kata Nayla, terlambat memang berlaku pada momen lain namun rugi jika
pada momen seperti ini. Setelah selesai kami berdua pulang ke kost-an. Kami
satu kost-an alias satu kamar, maklum untuk meminimalisir anggaran. Kami pulang
sebelum adzan maghrib berkumandang. Segera kami menunaikan shalat maghrib
berjamaah dan tilawah beberapa ayat. Dilanjutkan dengan acara masing-masing.
Nayla memutuskan untuk belajar, berkutat dengan buku pegangan Inggrisnya, esok
hari akan ada presentasi tugas katanya. Sedangkan aku, aku hanya mengambil
sebuah Notebook, kuletakan diatas pahaku dan mulai bernostalgia menuliskan
semua yang kurasakan pada sebuah tulisan. Kelak aku akan menjadi penulis tapi
aku malas menyerahkan atau mengirimkan tulisanku kepada media, padahal
sahabatku Nayla sudah berkali-kali tulisannya dimuat di media jurnalistik,
tentunya dengan kemahiran mengolah kosakata Inggrisnya, benar-benar menakjubkan! Satu anugerah terindah dalam
hidupku, Allah mempertemukanku dengan sahabat seperti Nayla yang rendah hati,
bersahabat dan tentunya mahir berkarya.
Keesokan harinya seperti biasa kami berangkat bersama.
Kami menuju kelas masing-masing.
“Farr aku duluan ya? Hwaiting!!!” tiba-tiba dia
mengucapkan salahsatu kosakata bahas Korea, keningku mengkerut tapi senyumku
melebar. Tak kusangka dia tahu sedikit kosakata Bahasa Korea, bahasa yang
sedang kupelajari sekarang.
“Nde, hwaiting!!! Jeongmal gomawo . . Josimae ! (baca :
hati-hati!)” kami berpisah menuju kelas masing-masing
Aku mengikuti kelas dengan baik, mata kuliah hari ini
adalah Pengantar Fisika, dosen yang sangat aku suka dan banggakan. Bagaimana
tidak, beliau mengajar dengan sangat baik, tak hanya teori yang dijabarkan
melainkan praktek. Aku mengenal dunia science tak hanya berdasarkan teori saja
namun dengan secara langsung. Seusai kelas Pengantar Fisika dilanjut dengan
mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Kali ini bukan hanya suka, aku malah
antusias mengikutinya. Waktu semakin berlalu, saatnya jam pulang. Aku mengirim
pesan singkat pada Nayla agar kita pulang bersama. Aku menunggu di emperan
Mesjid Kampus kami. Kutunaikan terlebih dahulu shalat dzuhur. Hampir setengah
jam aku menunggu Nayla dan akhirnya muncul juga. Dengan tergopoh-gopoh dia
bergegas menghampiriku.
“I’m sorry my sweety friend cause u must wait me long
time . .” nafasnya tersendak-sendak, segera ia membuka kemasan air mineral yang
dibawanya dan langsung menenggak air tersebut.
“Gwenchanaeyo . . “ jawabku singkat
“By any chance, do u have a lunch? Lets we go to lunch
together . . aku traktir ya . .” dia merayuku dan menarik-narik lenganku
“Wait, do u have to prayer this time?” mataku menerawang
paras cantik sahabatku ini
“Done, shalat is number one!” tegasnya
Aku dan Nayla akhirnya mencari sebuah warung nasi
disekitar kampus, kami memesan nasi rames. Kami bercerita banyak tentang kuliah
kami padahal sering sekali kami menceritakannya tetapi tak henti-hentinya itu
menjadi bahasan pokok setiap perbincangan kami. Dimulai dari teman-teman baru
kami, pengalaman belajar kami, semua tercurah dalam perbincangan siang itu.
Seusai makan siang kami bergegas pulang, tak lupa kami membeli nasi bungkus
untuk makan malam. Sesampai di kost-an kami langsung merebahkan di tempat tidur
masing-masing. Seharian ini memang melelahkan, berjalan menyusuri kampus demi
masuk kedalam kelas studi kami butuh perjuangan. Karena Kampusku memang luas
dan semua ditempuh dengan jalan kaki.
Malam hari kembali kepada kesibukan masing-masing, aku
memutuskan untuk mendengarkan lagu-lagu berbahasa asing, kupilih lagu Korea.
Nae mal deureo jullae amu malgo haji
malgo
Na sasireun neomuna buranhae naega eobsneun haru
Eotthoke gyeondilji jeongmal molla
Uri kkeuti aniraneunneungeol ara
Naega eobsneun binjarie honja apa uljineun ma
Nae mamsoge ojik neo ne mamsoge ojik na
Seoro dalmaganeun moseubi
Saeange ppajyeo itdaneun geot
Gateun haneul dareun geot urin jamsi tteoreojyeo
Jigeum I sungan yeongwonhi itji malgo gieokhae
. . . . . . . .
Na sasireun neomuna buranhae naega eobsneun haru
Eotthoke gyeondilji jeongmal molla
Uri kkeuti aniraneunneungeol ara
Naega eobsneun binjarie honja apa uljineun ma
Nae mamsoge ojik neo ne mamsoge ojik na
Seoro dalmaganeun moseubi
Saeange ppajyeo itdaneun geot
Gateun haneul dareun geot urin jamsi tteoreojyeo
Jigeum I sungan yeongwonhi itji malgo gieokhae
. . . . . . . .
(Cho Kyuhyun – Ojik noe)
***
Suatu siang aku tak pulang bersama dengan Nayla, ah
entahlah anak itu pergi kemana. Pesan singkatku tak dibalas, teleponku tak kunjung
dia angkat. Dia memang sangat sibuk, aktivitasnya banyak sekali. Dibanding dia,
aku memang lebih minat berdiam diri, membaca buku, mengerjakan tugas tak
terkecuali pun menulis. Sepulang nanti akan kutanyakan mengapa dia menghilang
begitu saja, hmm Nayla . . . .
“Assalamu’alaikum . .” ada yang mengetok pintu kost-an
“Ah itu pasti Nayla . .” segera kubuka pintu dan dugaanku
tentu benar
“I’m sorry Farra, aku tak mengabarimu . .” dia langsung
memelukku
“Anniyo, aku benar-benar marah arraseo???” kami sering
beradu bahasa asing saat percakapan
“Please forgive me my sweety” matanya memelas
“Kau tak membalas pesan singkatku, bahkan teleponku tak
kau angkat pula. Hmm WAEYO? (baca : kenapa?) tatapannya kubalas dengan tatapan
serius
“Aku baru saja bergabung di FLP, kau tahu kan FLP itu
apa? Bagaimana kalau kau ikut komunitas ini?”
“MWO ?, hmm . . .”
“Jebal (baca : please) . .”
“Anni anni, berjanjilah padaku terlebih dahulu untuk
selalu mengabariku disaat kau berada dalam kondisi apapun, eotthoke? (baca :
bagaimana?)”
“I know, hmm OK! I’m promise, SO forgive me please . .”
“Jeoseumnida . . kajja kita menjadi penulis!!!
Fighting!!!”
“Hwaiting!!!” senyum kami melebar, suasana mencair
seketika
Kini hari-hari tak kulewati seperti biasanya, biasanya
aku hanya duduk-duduk berdiam diri saja, entah itu bernostalgia atau
mengerjakan tugas, atau jalan-jalan, dan sebagainya, kali ini aku menyibukkan
diri bersama Nayla di komunitas FLP cabang Bandung. Kini aku semakin
bersemangat untuk menulis, ya meskipun kadangkala aku merasa malas. Hobiku
memang menulis tetapi belum untuk memperlihatkannya pada orang lain. Namun
begitu akan kucoba dunia baru ini, dunia penuh tantangan, dunia penuh warna.
IZINKAN AKU UNTUK MENULISKAN SEBUAH KATA.
Sekian
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar