Minggu, 29 April 2012

Cerpen - Ada Cinta di IPA 2


Cinta…
Kau adalah segalanya
Rangkaian katamu sulit kuungkapkan
Kau penyemangat diri
Kau penyejuk hati
Kau memberi senyum abadi
Takan sirna selamanya
Tumbuh dalam hati manusia
            Siang yang panas. Terik matahari mulai merangkak merayap menjalar di ruangan kelasku. Keringat bercucuran mengalir membasahi kulit tubuhku. Tepat pukul 12:00 WIB saatnya pelajaran Kewarganegaraan berlangsung. Ubun-ubun di kepalaku sudah mulai mendidih dan akan memuntahkan lahar panas yang mengerikan. Tapi segera kuredam dengan untaian syair indah yang dilantunkan oleh Acha dan Irwansyah yang berjudul “Cinta” dalam MP3 kesayanganku.
“Nazfa! Nazfa! Nazfa Aura Zahra!” tiba-tiba Ibu Risma memecah kemerduan suara dalam laguku.
“Fa! Fa! Kamu diabsen tuh!” ucap teman sebangkuku Tian mengagetkanku
“Eeh iiya bu saya hadir…” kataku sambil mengacungkan tangan kanan diatas kepalaku
Rupanya guruku yang satu ini merasa tidak diperhatikan dan sepertinya akan marah. Terlihat dengan langkah kakinya yang menuju ke arahku dan dengan raut muka yang geram seraya ingin menceramahiku dua jam non-stop. Memang terlambat mengacungkan tangan saat diabsen adalah salah satu pelanggaran yang tidak disukai oleh guru di sekolahku.
“Nazfa! Kenapa kamu terlambat mengacungkan tangan?” Tanya Ibu Risma tampak geram padaku
“Ii..itu bu saya ngelamun bu..” jawabku tergesa-gesa
“Lalu apa ini?” lanjut Ibu Risma sambil mencabut kabel headshet yang terpasang ditelingaku...

WOW,,,
nazfa ketahuan lagi ngelamun,, duuuhhh gimana nih nasib nazfa selanjutnya...

Don't go anywhere ...














akhirnya lanjut lagi ceritanya, haseyo . . .


Rupanya beliau tahu bahwa aku tidak memperhatikannya sejak tadi. Aku lupa tidak menyembunyikan kabel headshetku karena tadi tergesa-gesa untuk mengacungkan tangan.
“Itu… itu…” aku tak bisa meneruskan ucapanku, aku tahu pasti Ibu Risma marah padaku
“Berkali-kali Ibu katakan jangan melakukan aktivitas apapun saat jam pelajaran Ibu selesai. Ibu sudah memperingatkan kamu dua kali dan sekarang kamu keluar dan berdiri didepan tiang bendera sampai jam ibu selesai!” Ibu Risma sudah tak memaafkan aku lagi. Oh tidak!
Terpaksa aku keluar menuju lapangan sekolah. Tempat itu berada didepan kelasku. Pikiranku sudah tak karuan. Dua jam berada di lapangan bisa membuatku meleleh ditelan panasnya terik matahari. Sial! Tak dikira hanya ingin mendengarkan syair lagu pujaan harus dibalas dengan hukuman seperti ini. Menyebalkan!...
Satu jam pun berlalu. Rasanya seperti menunggu satu tahun. Tinggal satu jam lagi, tetapi aku sudah tidak kuat. Ubun-ubunku semakin mendidih dan mataku mulai berkunang-kunang. Kepalaku pusing dan dehidrasi melanda saluran tenggorokanku. Dan……
Saat tersadar aku sudah berada diatas ranjang UKS. Entah apa yang terjadi padaku. Rasa pusing masih melanda kepalaku. Perlahan kubuka bola mataku, dan yang kulihat disekelilingku hanya ada Tian temanku dan sosok pemuda tampan.
“Tian aku kenapa?” tanyaku dengan suara lirih dan agak sedikit serak
“Kamu tadi pingsan, untung aja ada yang ngeliat kamu dan kangsung bawa kamu kesini” jawabnya sambil melirik pemuda yang ada disebelahku.
“Makasih ya, kalo ga ada kamu pasti aku…..”
Sebelum kuteruskan perkataanku, dia sudah menjawab terlebih dahulu.
“Iya sama-sama, kenalin namaku Harfan anak XII IPA2. Tadi aku ga sengaja ngeliat kamu pingsan di lapangan jadi aku langsung bawa kamu kesini” ucapnya sambil menebar senyum simpul.
“Uhuk…uhuk,, Tian aku haus”
“Oya aku lupa,, aku beli dulu yah..” ucap Tian menuju keluar ruangan
“Eh ga usah, aku bawa minum,, ini buat kamu aja” Harfan menawarkan minuman dari tasnya kepadaku
“Tapi….”
“Tenang, tempat minum itu baru aku pakai dan belum sempat aku minum, jadi aman” jawabnya
“Makasih” sekali lagi aku ucapkan rasa terima kasihku padanya
Setelah itu dia pergi karena ada keperluan lain, tapi saat ditepi pintu UKS sontak dia berkata : “Oya by the way nama kamu siapa??”
“Nazfa” jawabku singkat
Dan akhirnya pemuda tampan yang berkriteria sederhana, jujur, baik hati dan berwibawa pergi seketika. Ini adalah pengalalamanku yang sangat menarik. Baru kali ini ada pemuda yang perhatian padaku. Masih kupegangi tempat minum Harfan yang begitu unik. Tempat ini menyerupai termos kecil, terbuat dari aluminium berwarna putih abu-abu metalik dan ada rangkaian huruf bertuliskan Harfan Muhammad Akbar dengan warna hiasan yang berbeda-beda disetiap hurufnya. Sangat eksotis.
Setibanya dirumah, aku hanya melamun memandangi ukiran bintang-bintang yang menghiasi langit gelap. Diiringi dengan alunan syair yang dibawakan oleh Bunga Citra Lestari berjudul “Aku tak mau Sendiri”, ku simak kerlipan-kerlipan bintang yang bersinar malam itu. Ku bayangkan peristiwa yang terjadi tadi siang, seorang pemuda tampan telah member pertolongan padaku. Hatiku luluh bila aku memandang tatapan matanya, tanganku bergetar saat ku terima termos kecil itu darinya. Jantungku berdetak kencang saat kulihat dirinya tersenyum padaku. Ya Allah apa ini malaikat yang Kau kirimkan padaku..???
***
Keesokan harinya aku berangkat kesiangan. Saat perjalanan pikiranku sudah tak karuan. Semalam aku tidur terlalu larut. Sampai tiba di sekolah pun hatiku tak nyaman, feel ku tak enak. Dan ketika tiba di kelas…..
Tok tok tok !!!
“Assalamualaikum…” oh tidak ternyata hari ini hari Kamis, saatnya pelajaran MTK berlangsung
“Waalaikum salam, Nazfa kenapa baru datang? Kamu terlambat 5 menit 13 detik” ucap Pak Ramzi
“Aduh Pak masa terlambat sedikit juga dihitung sih…” jawabku sambil menyalami beliau
“Tidak ada alasan, sekarang kamu minta surat izin masuk dan bawa buku PR MTK anak-anak di meja Bapak ! ayo cepat !”
“Huuuuuuuhhhhhh” sorak sorai anak-anak padaku
Aku segera meminta surat izin ke Piket dan segera kuambil buku di meja Pak Ramzi
“Aduh berat banget. Kayaknya hari ini aku sial terus deh..” ucapku menggumam dalam hati.
Aku tak peduli dengan pemandangan didepanku. Yang penting aku segera sampai ke kelas. Tetapi tanpa tersadar ada yang menubrukku dari arah belakang,, dan BRUUUKKK !!!
“Ih kamu tuh gimana sih, main nabrak orang aja, ga tau lagi repot apa !” tiba-tiba emosiku meledak-ledak dan nada suaraku tinggi bagaikan halilintar. Aku langsung membereskan buku-buku yang berserakan tanpa menatap wajah seseorang yang menabrakku.
“Maaf maaf aku ga sengaja” ucap seseorang itu sambil membantu membereskan buku
Dan saat ku tatap wajah seseorang itu, ternyata dia bukanlah seseorang yang asing bagiku.
“Kamu ?” ucapku terheran-heran
“Nazfa ?”
Aku hanya tersenyum meringis melihat seseorang yang ada dihadapanku itu adalah Kak Harfan. Aku merasa malu karena telah membentaknya.
“Maaf Kak kirain Nazfa siapa…” kata-kataku lembut memecah kehenungan diantara kami
“Iya ga apa-apa lagian aku yang salah koq. Oya kamu mau aku bantu?” Harfan memaklumiku sambil menebar senyum manisnya. Kemudian dia membawa buku-buku itu diatas kedua tangannya dan terus berjalan menuju kelasku, XI IPA1
“Ga usah Kak, makasih. Nazfa aja yang bawa”
“Emangnya kenapa?” tanyanya. Keningnya berkerut
“Ga ada apa-apa koq, lagian juga Kakak juga terlambat kan? Udah sana ntar dimarahin gurunya lagi” ucapku lirih
“Hehe jadi malu. Ya udah Kakak anter sampe sini aja. Duluan yah….”
“Ok !”
***
Semenjak pertemuanku dengannya, saat pertama kali dia menolongku aku mulai berteman dengannya. Setiap jam istirahat kami selalu bertemu di Perpustakaan Sekolah. Aku mulai mengenal kepribadian Kakak kelas satuku ini. Meskipun dari luar dia terlihat berwibawa, menarik, dan yang pasti tampan, tapi dari dalam aku melihat perbedaan hampir 180 derajat. Sifatnya terkadang masih kekanak-kanakan dan dia pun masih canggung mengobrol dengan teman lawan jenis. Tetapi dibalik semua itu, aku merasa nyaman berteman dengannya karena hatinya sangat bersih jujur dan penuh perhatian. Dia pun baik hati dan penyabar. Pernah suatu ketika aku mendapat kesulitan dalam belajar MTK dan aku pun akhirnya mengadu padanya, dia mengajariku sedikit demi sedikit rumus-rumus yang rumit itu. Aku sempat menyerah karena sangat sulit untuk mencerna rumus-rumus di otakku, aku lebih suka pelajaran Biologi, tetapi dia terus menyemangatiku dan dengan sabar dia terus mengajariku. Alhasil aku pun berhasil mempelajari rumus-rumus itu dengan mudah. Itu semua karena ketulusan hatinya.

tunggu kelanjutannya ya,
Harfan begitu mengagumkan , sebenarnya nanti mimin share peran utama ketiga nih, tapi lagi males ngelanjutinnya.. sabar ya riders !

so, comment nya ya ^^

Tidak ada komentar: