Jumat, 16 Maret 2012

Ini Baru Cerita (True Story)

Seorg tukang becak di jawa timur, memiliki 2 misi hidup seperti ini:
1. Jangan Pernah Menyakiti.
2. Hati-hati Memberi Makan Isteri.

Anda pasti brtnya, siapa tukang becak yg punya mission statement segala? sy jg takjub dan iri, dan berulangkali mengucap subhanallah
mendngar kisah hdup bliau ini, yg berusia 55 tahun. Gimana sy gak iri, bliau ini Hafizh Qiraat Sab'ah ! Bliau ini hafal alquran lengkap
dgn 7 lagu qiraat seperti saat ia diturunkan: qiraat Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.

Dua kalimat statement bliau itu memang trlihat sangat sderhana. tetapi byangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita.
Pertama,'Jangan Pernah Menyakiti'! Dalam penafsiran bliau ini diantaranya adlh soal tarif becaknya. Jangan sampai ada yg menawar, krn
menawar menunjukkan ketidakrelaan dan akan menyakiti penumpang becaknya. Misalnya ada yg brkata,'Pak ke terminal 5000 ya..', tukang becak laen akan menjawab,'Waduh,
gak bisa, 7000 mbak..', ini namanya menyakiti penumpang. Makanya utk bliau yg satu ini tak prnh pasang tarif. 'Pak ke terminal 5000 ya..', jawabnya pasti OK. 'Pak ke terminal
3000 ya..', jawabnya juga OK. Bahkan kalau ada yg menawar,'Pak ke terminal 1000 ya..', jawabnya jg tetep sama: OK.
Gusti Allah..! Manusia berhati malaikatkah ini?

Kedua,Hati-hati memberi makan isteri.
Menurut bliau, artinya sang istri hanya akan makan dari keringat hasil mengayuh becak tuanya. Rumahnya berdinding gedheg (bambu yg dianyam). Istrinya berjualan gorengan. Eitss..jangan dikira bliau tdk bisa mengambil yg lebih dr itu.
Harap anda tau saja, putra bliau 2 orang, hafizh Quran semua. Yang sulung sudah menjadi dosen terkenal sbuah PTN terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak kalah sukses. Seorg pejabat strategis di pemerintahan baru yg sekarang.

Uniknya, saat anak2nya pulang kampung menjenguk orangtuanya, anak2 sukses ini tak berani brpenampilan 'Wah'. Mobil mewahnya ditinggal beberapa blok dr rumah.
Semua asesoris diri yg lux: arloji, handphone dan ikat pinggang merk gucci dilucuti. Bahkan baju parlente khas executive ibukota diganti dg kaos oblong dan celana sederhana.
Ini adab, tatakrama.
Sudah berulangkali sang putera mencoba meminta bapak dan ibunya ikut ke jakarta, tp tak pernah tersampaikan. Setiapkali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu
mereka hanya bisa menangis. Sang bapak malah selalu bercerita tentang kbahagiaannya, dan bliau mempersilakan putra2nya utk menikmati kebahagiaan mereka sndiri tanpa harus
merepotkan dirinya.

Waktu seorang suami ceritakan ini kepada istrinya dirumah, mereka berdua menangis.
Betapa masih ada banyak 'kekasih Allah' di dunia ini yg tidak kita kenal.

(Dikutip dari cerita Ustadz Salim A.Fillah : Gue Never Die).