Hanya sebatas torehan pena ku kawand..
“haii,, ni Sifa y?” begitu bunyi
sms yang dia kirimkan padaku
“yupp,, muf ni cP y?” balasku
singkat
Akhirnya kami berteman tetapi
Yoki selalu menunjukan sikap yang aneh, misalnya dia selalu senyum bila bertemu
denganku. Akh entahlah . . . .
Aku memiliki seorang teman, dia
adalah Rini. Rini adalah sahabat lamaku. Sejak kecil kami selalu bersama.
Alangkah senangnya.
Suatu hari
Rini mengajakku untuk ke kelas ips1. Dia hendak bertemu temannya. Dan ketika
kami bertemu dengannya, aku terkesima melihat sosok temannya itu. Dia seorang
laki-laki, berpostur tubuh agak tinggi dari aku, berkulit agak putih dan
wajahnya sungguh menarik hati. Ya ampun aku merasakan baru kali ini aku bertemu
siswa setampan dirinya. Hatiku rasanya bergejolak ingin mengenalnya lebih dekat,
tetapi akh mungkin hanya perasaanku saja. Dan dia itu adalah Fachri teman dekat
Yoki.
Suatu hari aku mendapat informasi
dari temanku yang dulu pernah satu kelas dengan Yoki bahwa Yoki menyimpan
perasaan padaku. Benarkah? Tanyaku dalam hati.
Tetapi aku mulai menyimpan
perasaan terhadap Fachri. Lalu bagaimana dengan Yoki??
Pada suatu hari . . . .
Rini :”Fa ada Yoki tuch diluar, katanya mau minta bantuan kamu
buat ngerjain soal STAN…”
Sifa :”Oh dia didepan kelas kita, makasih ya”
Aku pun keluar karena pada waktu
itu sedang istirahat
Yoki :”Eh Fa maaf ya ganggu, nih soal STAN’y , maaf ya jadi
ngerepotin,, hmm…”
Sifa :”Oh gpp koq,, hemm sendirian kesini’y?”
Yoki :”Ngga dianterin ama Fachri. Tuh orangnya”
Ketika aku menoleh ke arah telunjuk
Yoki yang mengarah ke Fachri, jantungku berdebar lebih kencang. Aku . . . . .
Fachri tersenyum padaku ketika
aku menoleh kearahnya. Aku tak tahu apa maksudnya. Aku pun jadi kembali
tersenyum malu padanya. Pemandangan ini menarik perhatian Yoki untuk berkata
padaku “koq kamu senyum-senyum malu sich ama Fachri, jangan-jangan kamu suka ya
ama dia??”
Aku tak bisa menjawabnya, aku
hanya berlari ke kelas pura-pura tak menghiraukan kejadian tadi.
Sifa :”Aduuh Rin Yoki nebak kalo aku suka ama Fachri. Apa iya??”
Rini :”Ya kamu ada perasaan ga ama dia?”
Sifa :”Tau akh gelap….”
Keesokan
harinya aku dan Rini ketika pulang sekolah hanya duduk didepan kelas untuk
menunggu jam les computer. Ketika itu pula Fachri datang. Rini menyapa dan
mengajaknya mengobrol. Entah kenapa aku ingin selalu memandang wajahnya itu.
Dan hanya beberapa detik kami saling bertatapan. Fachri segera berpaling dan
pergi meninggalkan kami.
Rini :” Eh Fa tahu ga? Baru kali ini Fachri diajak ngobrol ama
aku sikapnya ga dingin banget”
Sifa :” Masa sich? Mangnya waktu kelas 1 dia gimana?”
Rini :” Dia cool banget Fa suerrr !!!!”
Sifa :” Eh Rin perasaan tiap kali aku ketemu ama dia, dia suka natap
ga jelas ma aku…”
Rini :” Hah,, Fachri natap kamu? Maksudnya?
Sifa :” Ga tau perasaan suka kayak gitu terus…”
Rini :” Ya mungkin iseng aja kali..”
Sifa :” Hmm….”
Beberapa hari
kemudian, ketika aku didepan kantin sendiri aku merasa ada yang memperhatikanku.
Feelingku berkata seperti itu. Dan ternyata dia Fachri. Saat aku menoleh
padanya dia malah bergegas pergi. Aku tak terima mengapa dia seperti itu
padaku. Aku segera mengejarnya, kutarik bahu kanannya.
Sifa :” Ehm, maksud kamu apa ngeliatin aku kayak gitu?”
Fachri :” Siapa yang ngeliatin kamu, biasa aja..”
Sifa :” Tapi tadi kamu…….”
Belum sempat aku melanjutkan
perkataanku, temannya memanggil dia untuk segera ke kelas. Kemudian dia berkata
“hem duluan ya…” Fachri pergi dengan gaya cool’y. “hah sial! Dia udah keburu
pergi lagi,, iih napa sih” pikirku dalam hati.
Sifa :”Rin, Fachri aneh banget, dia suka merhatiin aku..”
Rini :”Hah? Perasaan kamu aja kali, dia tuch jarang merhatiin
cewek apalagi anak ekskul keagamaan kayak kamu…hehe”
Sifa :”Yey koq gitu sih. Biar ekskul keagamaan tapi cakep
kan??,,,haha”
Rini :”Hem,,, ngehibur diri yah???,,,haha juga”
Sifa :”Ih mang bener koq,,,hehe. Duh Rin aku jadi parno gini
sih…”
Rini :”Terlalu didramatisir kali. Atau mungkin kamu mang beneran
suka ama Fachri??? Ayo ngaku!”
Sifa :”Hah SUKA ?? ahh ga mungkin (bohong bgtt nehh) heu^_^
Ketika aku dan
Rini pergi menuju perpustakaan, kami berpapasan dengan Fachri dan temannya. Aku
memberi kode pada Rini bahwa ada Fachri didepan kami. Dan kejadian yang sama
terulang lagi, dia menatap tajam kearah kami. Tak ada senyum yang dia torehkan
pada kami. Rini mengetahui hal ini, mungkin kali ini dia akan percaya padaku.
Sifa :”Tuh kan Rin, dia natap tajem banget”
Rini :”Iya juga ya,, tumben dia gitu,, dugaan kamu sedikit
bener…”
Sifa :”Koq sedikit sih udah jelas gitu…!”
Rini :”hem ga tau akh,, aku takut ntar kamu dibuat GR ama dia…”
Sifa :”Eh iya juga sih,, koq aku ribet sih…..
arrgggghhhhhhhhhhhhhhhhh . . . . . . . .”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar