Cinta…
Kau adalah segalanya
Rangkaian katamu sulit kuungkapkan
Kau penyemangat diri
Kau penyejuk hati
Kau memberi senyum abadi
Takan sirna selamanya
Tumbuh dalam hati manusia
Kau adalah segalanya
Rangkaian katamu sulit kuungkapkan
Kau penyemangat diri
Kau penyejuk hati
Kau memberi senyum abadi
Takan sirna selamanya
Tumbuh dalam hati manusia
Siang yang panas. Terik matahari
mulai merangkak merayap menjalar di ruangan kelasku. Keringat bercucuran
mengalir membasahi kulit tubuhku. Tepat pukul 12:00 WIB saatnya pelajaran
Kewarganegaraan berlangsung. Ubun-ubun di kepalaku sudah mulai mendidih dan
akan memuntahkan lahar panas yang mengerikan. Tapi segera kuredam dengan
untaian syair indah yang dilantunkan oleh Acha dan Irwansyah yang berjudul
“Cinta” dalam MP3 kesayanganku.
“Nazfa!
Nazfa! Nazfa Aura Zahra!” tiba-tiba Ibu Risma memecah kemerduan suara dalam
laguku.
“Fa! Fa!
Kamu diabsen tuh!” ucap teman sebangkuku Tian mengagetkanku
“Eeh iiya bu
saya hadir…” kataku sambil mengacungkan tangan kanan diatas kepalaku
Rupanya
guruku yang satu ini merasa tidak diperhatikan dan sepertinya akan marah.
Terlihat dengan langkah kakinya yang menuju ke arahku dan dengan raut muka yang
geram seraya ingin menceramahiku dua jam non-stop. Memang terlambat
mengacungkan tangan saat diabsen adalah salah satu pelanggaran yang tidak
disukai oleh guru di sekolahku.
“Nazfa!
Kenapa kamu terlambat mengacungkan tangan?” Tanya Ibu Risma tampak geram padaku
“Ii..itu bu
saya ngelamun bu..” jawabku tergesa-gesa
“Lalu apa
ini?” lanjut Ibu Risma sambil mencabut kabel headshet yang terpasang
ditelingaku...
WOW,,,
nazfa ketahuan lagi ngelamun,, duuuhhh gimana nih nasib nazfa selanjutnya...
Don't go anywhere ...
akhirnya lanjut lagi ceritanya, haseyo . . .
akhirnya lanjut lagi ceritanya, haseyo . . .
Rupanya
beliau tahu bahwa aku tidak memperhatikannya sejak tadi. Aku lupa tidak
menyembunyikan kabel headshetku karena tadi tergesa-gesa untuk mengacungkan
tangan.
“Itu… itu…”
aku tak bisa meneruskan ucapanku, aku tahu pasti Ibu Risma marah padaku
“Berkali-kali
Ibu katakan jangan melakukan aktivitas apapun saat jam pelajaran Ibu selesai.
Ibu sudah memperingatkan kamu dua kali dan sekarang kamu keluar dan berdiri
didepan tiang bendera sampai jam ibu selesai!” Ibu Risma sudah tak memaafkan
aku lagi. Oh tidak!
Terpaksa aku
keluar menuju lapangan sekolah. Tempat itu berada didepan kelasku. Pikiranku
sudah tak karuan. Dua jam berada di lapangan bisa membuatku meleleh ditelan
panasnya terik matahari. Sial! Tak dikira hanya ingin mendengarkan syair lagu
pujaan harus dibalas dengan hukuman seperti ini. Menyebalkan!...
Satu jam pun
berlalu. Rasanya seperti menunggu satu tahun. Tinggal satu jam lagi, tetapi aku
sudah tidak kuat. Ubun-ubunku semakin mendidih dan mataku mulai
berkunang-kunang. Kepalaku pusing dan dehidrasi melanda saluran tenggorokanku.
Dan……
Saat
tersadar aku sudah berada diatas ranjang UKS. Entah apa yang terjadi padaku.
Rasa pusing masih melanda kepalaku. Perlahan kubuka bola mataku, dan yang
kulihat disekelilingku hanya ada Tian temanku dan sosok pemuda tampan.
“Tian aku
kenapa?” tanyaku dengan suara lirih dan agak sedikit serak
“Kamu tadi
pingsan, untung aja ada yang ngeliat kamu dan kangsung bawa kamu kesini”
jawabnya sambil melirik pemuda yang ada disebelahku.
“Makasih ya,
kalo ga ada kamu pasti aku…..”
Sebelum
kuteruskan perkataanku, dia sudah menjawab terlebih dahulu.
“Iya
sama-sama, kenalin namaku Harfan anak XII IPA2. Tadi aku ga sengaja ngeliat
kamu pingsan di lapangan jadi aku langsung bawa kamu kesini” ucapnya sambil
menebar senyum simpul.
“Uhuk…uhuk,,
Tian aku haus”
“Oya aku
lupa,, aku beli dulu yah..” ucap Tian menuju keluar ruangan
“Eh ga usah,
aku bawa minum,, ini buat kamu aja” Harfan menawarkan minuman dari tasnya
kepadaku
“Tapi….”
“Tenang,
tempat minum itu baru aku pakai dan belum sempat aku minum, jadi aman” jawabnya
“Makasih”
sekali lagi aku ucapkan rasa terima kasihku padanya
Setelah itu
dia pergi karena ada keperluan lain, tapi saat ditepi pintu UKS sontak dia
berkata : “Oya by the way nama kamu siapa??”
“Nazfa”
jawabku singkat
Dan akhirnya
pemuda tampan yang berkriteria sederhana, jujur, baik hati dan berwibawa pergi seketika.
Ini adalah pengalalamanku yang sangat menarik. Baru kali ini ada pemuda yang
perhatian padaku. Masih kupegangi tempat minum Harfan yang begitu unik. Tempat
ini menyerupai termos kecil, terbuat dari aluminium berwarna putih abu-abu
metalik dan ada rangkaian huruf bertuliskan Harfan Muhammad Akbar dengan warna
hiasan yang berbeda-beda disetiap hurufnya. Sangat eksotis.
Setibanya
dirumah, aku hanya melamun memandangi ukiran bintang-bintang yang menghiasi
langit gelap. Diiringi dengan alunan syair yang dibawakan oleh Bunga Citra
Lestari berjudul “Aku tak mau Sendiri”, ku simak kerlipan-kerlipan bintang yang
bersinar malam itu. Ku bayangkan peristiwa yang terjadi tadi siang, seorang
pemuda tampan telah member pertolongan padaku. Hatiku luluh bila aku memandang
tatapan matanya, tanganku bergetar saat ku terima termos kecil itu darinya.
Jantungku berdetak kencang saat kulihat dirinya tersenyum padaku. Ya Allah apa
ini malaikat yang Kau kirimkan padaku..???
***
Keesokan
harinya aku berangkat kesiangan. Saat perjalanan pikiranku sudah tak karuan.
Semalam aku tidur terlalu larut. Sampai tiba di sekolah pun hatiku tak nyaman,
feel ku tak enak. Dan ketika tiba di kelas…..
Tok tok tok
!!!
“Assalamualaikum…”
oh tidak ternyata hari ini hari Kamis, saatnya pelajaran MTK berlangsung
“Waalaikum
salam, Nazfa kenapa baru datang? Kamu terlambat 5 menit 13 detik” ucap Pak
Ramzi
“Aduh Pak
masa terlambat sedikit juga dihitung sih…” jawabku sambil menyalami beliau
“Tidak ada
alasan, sekarang kamu minta surat izin masuk dan bawa buku PR MTK anak-anak di
meja Bapak ! ayo cepat !”
“Huuuuuuuhhhhhh”
sorak sorai anak-anak padaku
Aku segera
meminta surat izin ke Piket dan segera kuambil buku di meja Pak Ramzi
“Aduh berat
banget. Kayaknya hari ini aku sial terus deh..” ucapku menggumam dalam hati.
Aku tak
peduli dengan pemandangan didepanku. Yang penting aku segera sampai ke kelas.
Tetapi tanpa tersadar ada yang menubrukku dari arah belakang,, dan BRUUUKKK !!!
“Ih kamu tuh
gimana sih, main nabrak orang aja, ga tau lagi repot apa !” tiba-tiba emosiku
meledak-ledak dan nada suaraku tinggi bagaikan halilintar. Aku langsung
membereskan buku-buku yang berserakan tanpa menatap wajah seseorang yang
menabrakku.
“Maaf maaf
aku ga sengaja” ucap seseorang itu sambil membantu membereskan buku
Dan saat ku
tatap wajah seseorang itu, ternyata dia bukanlah seseorang yang asing bagiku.
“Kamu ?”
ucapku terheran-heran
“Nazfa ?”
Aku hanya
tersenyum meringis melihat seseorang yang ada dihadapanku itu adalah Kak
Harfan. Aku merasa malu karena telah membentaknya.
“Maaf Kak
kirain Nazfa siapa…” kata-kataku lembut memecah kehenungan diantara kami
“Iya ga
apa-apa lagian aku yang salah koq. Oya kamu mau aku bantu?” Harfan memaklumiku
sambil menebar senyum manisnya. Kemudian dia membawa buku-buku itu diatas kedua
tangannya dan terus berjalan menuju kelasku, XI IPA1
“Ga usah
Kak, makasih. Nazfa aja yang bawa”
“Emangnya
kenapa?” tanyanya. Keningnya berkerut
“Ga ada
apa-apa koq, lagian juga Kakak juga terlambat kan? Udah sana ntar dimarahin
gurunya lagi” ucapku lirih
“Hehe jadi
malu. Ya udah Kakak anter sampe sini aja. Duluan yah….”
“Ok !”
***
Semenjak
pertemuanku dengannya, saat pertama kali dia menolongku aku mulai berteman
dengannya. Setiap jam istirahat kami selalu bertemu di Perpustakaan Sekolah.
Aku mulai mengenal kepribadian Kakak kelas satuku ini. Meskipun dari luar dia
terlihat berwibawa, menarik, dan yang pasti tampan, tapi dari dalam aku melihat
perbedaan hampir 180 derajat. Sifatnya terkadang masih kekanak-kanakan dan dia
pun masih canggung mengobrol dengan teman lawan jenis. Tetapi dibalik semua
itu, aku merasa nyaman berteman dengannya karena hatinya sangat bersih jujur
dan penuh perhatian. Dia pun baik hati dan penyabar. Pernah suatu ketika aku
mendapat kesulitan dalam belajar MTK dan aku pun akhirnya mengadu padanya, dia
mengajariku sedikit demi sedikit rumus-rumus yang rumit itu. Aku sempat
menyerah karena sangat sulit untuk mencerna rumus-rumus di otakku, aku lebih
suka pelajaran Biologi, tetapi dia terus menyemangatiku dan dengan sabar dia
terus mengajariku. Alhasil aku pun berhasil mempelajari rumus-rumus itu dengan
mudah. Itu semua karena ketulusan hatinya.
tunggu kelanjutannya ya,
Harfan begitu mengagumkan , sebenarnya nanti mimin share peran utama ketiga nih, tapi lagi males ngelanjutinnya.. sabar ya riders !
so, comment nya ya ^^